The Lean Startup - Eric Ries

Judul Buku: The Lean Startup
Penulis: Eric Ries

Ketika Inovasi Tiada Henti Menciptakan Kesuksesan Bisnis Secara Radikal

The Lean Startup (2014) menjelaskan metode baru yang efektif dalam membangun sebuah startup di tengah kondisi yang penuh dengan ketidakpastian. Metode luar biasa ini akan membantu para enterpreneur untuk mengetahui hal apa saja yang perlu diperhatikan dan mana yang harus segera disingkirkan dalam membangun sebuah startup.

Siapa penulis buku ini?

Eric Ries adalah wirausahawan dan penulis blog populer Startup Lessons Learned. Dia juga sering menjadi pembicara dalam acara-acara bisnis; menjadi penasihat strategi bisnis dan produk untuk sejumlah startup, perusahaan  besar, serta venture capital. Ia juga seorang dosen tamu di Harvard Business School.

Untuk siapa buku ini?

Para enterpreneur yang menginginkan kesuksesan dalam membangun sebuah startupPara pengembang produk yang ingin produknya sukses di pasaran Para mahasiswa dan siapa saja yang ingin menekuni dunia startup.
Apa yang dibahas buku ini?

Cara sukses membangun startup di tengah kondisi yang penuh dengan ketidakpastian

Startup lahir dalam kondisi yang tidak pasti dan terus berubah. Ketidakpastian ini membuat para enterpreneur harus mengetahui cara-cara efektif agar startup yang dirintis bisa bertahan, tumbuh dan juga berkembang.

Metode yang dibahas buku ini "LeanStartup” memberikan solusi kepada para enterpreneur untuk mengetahui apa saja yang harus dilakukan dan diperhatikan dalam merintis sebuah startup yang sukses  . 

Dalam rangkuman ini Anda akan mempelajari langkah-langkah secara sistematis yang harus dilakukan dalam membangun sebuah startup yang suksesdi tengah situasi lingkungan bisnis yang penuh dengan dinamika.

Hal-hal menarik yang akan Anda pelajari antara lain:

kenapa manajemen gaya baru diperlukan untuk membangun sebuah startup yang sukses;bagaimana melakukan uji coba dan evaluasi di tengah pasar yang dinamis; apa saja hal-hal yang perlu diuji sebelum mengambil keputusan besar dalam startup; kenapa entrepreneur sebaiknya melakukan produksi skala kecil terlebih dahulu; danbagaimana caranya agar startup dapat beradaptasi dan terus tumbuh;

Membangun startup berarti membangun sebuah institusi yang memiliki sistem manajemen yang rapi dan teruji

Salah satu alasan utama mengapa banyak startup mengalami kegagalan adalah karena tidak memiliki sistem manajemen yang rapi. Startup memang identik dengan inovasi, kreatifitas dan fleksibilitas. Namun di tengah kondisi yang tidak pasti dan sulit diprediksi, startup harus mampu beradaptasi dengan menerapkan manajemen yang rapi dan juga teruji.

Seperti layaknya sebuah institusi, startup harus memiliki visi yang merupakan tolak ukur dari setiap aktivitas yang dijalankan. Visi yang layak dimiliki sebuah startup adalah membangun bisnis yang mampu mengubah dunia.

Strategi yang digunakan dan produk yang diciptakan harus sesuai dengan visi ini. Startup berada di jalur yang benar ketika pencapaian-pencapaian yang diraih masih sejalan dengan visi yang ada.

Secara substansial, startup merupakan sebuah institusi yang bertujuan untuk menciptakan produk atau jasa yang inovatif di tengah ketidakpastian. Jadi, sebuah startup yang sukses adalah startup yang bisa memaksimalkan potensi manusia yang bergerak didalamnya untuk menciptakan produk yang memiliki nilai tambah.

Artinya, startup tidak bisa dipisahkan dari kegiatan-kegiatan institusi yang penuh dengan birokrasi.

Metode “Lean startup” atau “sistem produksi ramping” menawarkan sebuah manajemen gaya baru yang memungkinkan sebuah startup mampu beradaptasi dengan segala ketidakpastian yang ada tanpa mengeluarkan biaya yang besar, tanpa risiko maksimal dan tanpa waktu yang banyak. Metode “Lean startup” akan membantu para enterpreneur untuk mengambil keputusan dalam setiap tahapan melalui pendekatan ilmiah.

Startup harus selalu bereksperimen dan mengukur hasilnya untuk mengetahui keinginan pasar

Startup identik dengan proses uji coba yang kadang berujung dengan kegagalan-kegagalan. Hal ini lazim terjadi dalam sebuah startup. Dalam metode “lean startup”, kegagalan ini digunakan sebagai bahan pembelajaran dan evaluasi untuk melihat sejauh mana kemajuan startup. Inilah yang dikenal dengan istilah “pembelajaran tervalidasi”.

Pembelajaran tervalidasi dirancang secara terencana, sistematis dan berdasarkan data empiris yang bertujuan untuk mengetahui prospek sebuah startup di masa sekarang dan juga masa depan. Melalui pendekatan ini, seorang enterpreneur dapat mengetahui hal mana yang merupakan pemborosan—yang harus segera disingkirkan—dan yang mana yang memberikan nilai tambah—yang harus dipertahankan dan ditingkatkan.

Melalui pembelajaran tervalidasi, seorang enterpreneur juga dapat mengetahui apa saja yang diminati dan diinginkan oleh calon konsumen. Hal ini memungkinkan startup untuk senantiasa memperbaiki dan memperbarui produknya agar sesuai dengan kebutuhan pasar.

Metode “lean startup” juga mengharuskan startup untuk melakukan eksperimen.

Dengan melakukan serangkaian eksperimen yang sistematis, evaluatif dan berdasarkan metode ilmiah, sebuah startup dapat mengetahui strategi mana yang bekerja, dan strategi mana yang tidak sehingga startup tidak menghabiskan waktu dan tenaga untuk mengerjakan hal-hal yang tidak mendekatkan startup kepada visi awalnya.

Eksperimen ini memungkinkan startup untuk berinteraksi secara langsung dengan konsumen dan mendapatkan informasi penting tentang produk atau jasa yang akan diluncurkan. Eksperimen ini juga akan memberikan jawaban konkrit dan tepat terhadap asumsi dan hipotesis awal dalam membangun sebuah startup.

Dalam metode “lean startup”, eksperimen ini tidak hanya sebuah proses namun juga merupakan sebuah produk perdana. Jadi, bukan sekadar eksperimen di dalam “laboratotium” Anda, tetapi juga di pasar yang sebenarnya. Umpan balik yang didapatkan selama eksperimen akan menghasilkan produk-produk jadi berikutnya yang mampu menyelesaikan permasalahan konsumen.

Startup yang sukses membutuhkan pengujian hipotesis dan produk awal

Di tahap awal, seorang enterpreneur perlu memastikan dua hipotesis paling penting untuk keberlangsungan sebuah startup yang disebut dengan lompatan nekat. Lompatan nekat ini diwakili oleh dua hipotesis utama, yaitu hipotesis nilai tambah dan hipotesis pertumbuhan.

Hipotesis nilai tambah mengacu kepada penerimaan produk oleh target pasar, sedangkan hipotesis pertumbuhan mengacu kepada tingkat penyebaran produk.

Hipotesis ini harus segera diuji sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil langkah-langkah selanjutnya.

Cara paling efektif untuk menguji hipotesis ini adalah dengan berinteraksi langsung dengan target pasar sehingga data-data yang diperoleh dapat dipercaya. Dengan berinteraksi langsung dengan calon konsumen, seorang enterpreneur juga akan memperoleh informasi mengenai profil konsumen dan masalah yang mereka hadapi.

Ketika hipotesis ini sudah terkonfirmasi, langkah selanjutnya adalah membuat Minimum Viable Product (MVP). MVP merupakan cara tercepat untuk menempuh seluruh keseluruhan siklus dengan usaha yang paling sedikit. MVP ini dapat berupa barang uji, purwarupa perdana atau juga berupa video.

Tujuan MVP ini adalah untuk memvalidasi hipotesis yang ada dalam lompatan nekat yang Anda lakukan. MVP memungkinkan enterpreneur untuk mengetahui sikap calon konsumen terhadap sebuah produk sehingga produk dapat ditingkatkan kualitasnya secara berkala.